Minyak mentah berjangka Brent turun 69 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 85,70 dolar
Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah naik 2,0 persen di sesi sebelumnya karena investor mengabaikan dampak pengurangan produksi Rusia, dan berfokus pada kekhawatiran permintaan jangka pendek yang berasal dari pemeliharaan kilang di Asia dan Amerika Serikat.

Harga melonjak pada Jumat (10/2/2023) setelah Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia, mengatakan akan memangkas produksi minyak mentah pada Maret 500.000 barel per hari (bph) atau sekitar 5,0 persen dari produksi, sebagai pembalasan terhadap pembatasan Barat pada ekspornya yang diberlakukan menanggapi konflik Ukraina.

Minyak mentah berjangka Brent turun 69 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 85,70 dolar AS per barel pada pukul 01.53 GMT, setelah naik 2,2 persen akhir pekan lalu. Minyak mentah antara West Texas Intermediate AS berada di 79,04 dolar AS per barel, turun 68 sen atau 0,9 persen, setelah terangkat 2,1 persen di sesi sebelumnya.

"Pelemahan yang kita lihat pada harga di perdagangan pagi hari ini kemungkinan mencerminkan pasar yang menyadari bahwa pemotongan ini sebagian besar sudah diperhitungkan," kata analis ING, Warren Patterson dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Kedua kontrak naik lebih dari 8,0 persen minggu lalu, didukung oleh optimisme atas pemulihan permintaan di China, importir minyak mentah utama dunia dan konsumen minyak nomor dua di dunia, setelah pembatasan COVID dibatalkan pada Desember.

Pemulihan permintaan minyak China membatasi ekspor bensinnya pada Februari meskipun penyulingnya mempertahankan pengiriman solar di atas 2 juta ton.

Stefano Grasso, seorang manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura, mengatakan pemotongan 500.000 barel per hari akan membawa Rusia kembali sejalan dengan kuota OPEC+ karena Moskow saat ini mengekspor secara berlebihan.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada Oktober sepakat untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari, sekitar 2,0 persen dari permintaan dunia.

Harga minyak dapat melanjutkan reli mereka kembali ke 100 dolar AS per barel akhir tahun ini, karena pemulihan permintaan China dan pertumbuhan pasokan yang terbatas karena kurangnya investasi, kata pejabat negara OPEC kepada Reuters.

Di Amerika Serikat, produsen minyak terbesar dunia, jumlah rig minyak yang beroperasi naik 10 menjadi 609 minggu lalu, penambahan mingguan terbesar sejak Juni, menurut laporan Baker Hughes pada Jumat (10/2/2023).