
JAKARTA, KOMPAS.com - Kabar tentang runtuhnya First Republic Bank pada Senin lalu menjadi kegagalan atau krisis perbankan Amerika Serikat yang ketiga dalam dua bulan terakhir.
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor terkait apa yang terjadi sehingga membuat krisis perbankan AS.
Pertama, The Fed atau Federal Reverse menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi. Hal ini mengikis nilai olebigasi yang merupakan bagian penting dari portofolio investasi bank.
Hal tersebut membuat perbankan rentan terhadap masalah likuiditas ketika nasabah menarik akun mereka.
Ketiga bank AS yang bermasalah yakni Silicon Valley Bank, Signature, dan First Republic Bank memiliki nasabah yang gelisah dengan tingkat dana yang diasuransikan, atau memiliki saldo di atas 250.000 dollar AS yang ditetapkan oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC).
Sedikit catatan, FDIC merupakan sebuah lembaga independen pemerintah Amerika Serikat yang mengasuransikan deposito untuk nasabah bank.
Bank tidak menyimpan semua uang nasabahnya dalam bentuk tunai. Jadi ketika semua orang meminta dana mereka pada saat yang sama, itu adalah berita buruk.
Pada awal Maret, SVB mengalami masalah pada pemberi pinjaman yang menarik uang sekaligus. Hal tersebut memaksa bank menjual obligasi dengan kerugian untuk membayar pelanggannya.
Sedangkan, Signature Bank juga mengalami nasib serupa. Bank ini melayani nasabah di bidang seperti teknologi dan ekuitas swasta.
Profesor Hukum dan Pakar keuangan Publik dari Universitas Cornell Robert Hockett mengatakan, peristiwa ini bukalah akhir dari krisis perbankan AS yang terjadi di bulan Maret lalu.