- USD/JPY mengalami tantangan karena data ekonomi Jepang yang lebih lemah.
- PDB Jepang turun 0,5% di Q3 dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya sebesar 1,2%.
- Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura memperingatkan tentang dampak perlambatan global terhadap PDB Jepang.
- Inflasi AS yang lebih lemah memperkuat sentimen yang ada tentang berakhirnya siklus kenaikan suku bunga oleh The Fed.
USD/JPY memulihkan penurunan yang tercatat di sesi sebelumnya setelah rilis data inflasi AS yang lebih lemah. Namun, pasangan ini diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 150,60 selama sesi Asia hari Rabu.
Yen Jepang (JPY) menghadapi tantangan karena Produk Domestik Bruto (PDB) awal Jepang untuk kuartal ketiga menunjukkan penurunan 0,5%, berayun dari pertumbuhan 1,2% di kuartal sebelumnya. PDB tahunan untuk periode tersebut mengalami kontraksi sebesar 2,1% terhadap pertumbuhan sebelumnya sebesar 4,8%.
Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura telah mengeluarkan peringatan mengenai potensi dampak perlambatan global terhadap PDB Jepang di kuartal ketiga. Nishimura menyoroti bahwa permintaan domestik, termasuk konsumsi dan belanja modal, kurang kuat di kuartal ketiga.
Selain itu, Bank of Japan (BoJ) telah mengurangi jumlah Obligasi Pemerintah Jepang (JGB) bertenor lima hingga 10 tahun menjadi ¥575 miliar dari sebelumnya ¥675 miliar. Selain itu, JGB bertenor satu hingga tiga tahun telah disesuaikan menjadi ¥375 miliar dari sebelumnya ¥425 miliar.
Di sisi lain, reaksi dari data inflasi AS yang melemah tentu saja berdampak, yang memperkuat sentimen yang ada bahwa Federal Reserve AS (The Fed) kemungkinan akan menahan diri dari kenaikan suku bunga dalam pertemuan mendatang. Hal ini berdampak pada imbal hasil obligasi AS, sehingga menambah tekanan terhadap Dolar AS (USD).
Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Oktober yang lebih rendah dari yang diharapkan, dengan tingkat tahunan turun menjadi 3,2%, lebih rendah dari yang diantisipasi sebesar 3,3%. IHK Inti AS mencatat kenaikan moderat sebesar 0,2%, di bawah ekspektasi 0,3%.
Data Indeks Harga Produsen dan Penjualan Ritel AS dijadwalkan akan dirilis di sesi Amerika Utara. Jika angka-angka ini sesuai dengan ekspektasi, maka akan semakin memperkuat tekanan pada Greenback.