Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Asia awal pekan (19/September) menyusul kabar positif terkait pencabutan pembatasan COVID di beberapa kota besar China. Pada saat berita ini dimuat, minyak Brent bergerak pada kisaran $91.89 per barrel, menguat 0.39 persen. Sementara itu minyak mentah AS berada pada kisaran $85.52 per barrel atau menguat 0.29 persen dari harga open harian.
Chengdu yang merupakan kota terbesar kedua setelah Shanghai yang menghadapi pembatasan COVID dikabarkan akan mencabut penguncian selama dua minggu pada hari Senin (19/September). Keputusan pencabutan pembatasan ini diharapkan akan meningkatkan aktivitas ekonomi yang berimbas pada kenaikan permintaan bahan bakar. Mengingat posisi China yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar dunia sehingga meningkatnya aktivitas ekonomi disana tentu saja menjadi sentimen positif bagi harga minyak.
Kendati mengalami kenaikan selama dua sesi terakhir, harga minyak sejatinya masih berada dalam trend bearish setelah sebelumnya sempat terperosok selama tiga minggu berturut-turut di tengah kekhawatiran pasar terhadap resiko perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh lonjakan inflasi.
Setelah menyentuh rekor tertinggi selama lebih dari sedekade pada bulan Maret lalu, harga emas hitam ini terus merosot hingga saat ini berada dibawah ambang psikologis $100 per barrel. Pembatasan COVID yang sudah beberapa kali diterapkan di kota-kota besar China, ditambah dengan lonjakan inflasi yang terjadi secara global dan musim kenaikan suku bunga membuat prospek permintaan semakin tergerus yang membuat harga minyak semakin tidak berdaya.
Di samping itu, manuver yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan melakukan pelepasan cadangan minyak strategis secara rutin membuat harga minyak semakin menjauhi level tertinggi multi-tahunan yang tercapai pada kuartal pertama lalu.
Terlepas berbagai sentimen negatif yang membayangi, harga minyak masih ditopang oleh konflik Rusia-Ukraina yang kini berubah menjadi ketegangan geopolitik yang lebih luas terutama masalah krisis gas benua Eropa yang semakin kompleks. Sebagian analis memperkirakan permintaan minyak akan meningkat pada musim dingin mendatang. Dengan harga gas alam yang lebih tinggi selama musim dingin, maka permintaan minyak sebagai bahan bakar alternatif untuk pemanas akan meningkat dan diperkirakan akan mendongkrak harga minyak.