JAKARTA - Wall Street sepekan kemarin diisi dengan investor percaya putaran umpan balik antara saham dan obligasi AS kemungkinan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan apakah perputaran yang telah mengguncang pasar tahun ini berlanjut hingga bulan-bulan terakhir tahun 2022.
Mengutip Reuters, dengan berakhirnya kuartal ketiga, kedua aset mengalami aksi jual yang menyakitkan - S&P 500 (.SPX) turun hampir 25% tahun ini dan Indeks Treasury ICE BofA telah turun sekitar 13%. Penurunan kembar dengan yang terburuk sejak 1938, menurut BoFA Global Research.
Rasio harga terhadap pendapatan ke depan S&P 500 turun dari 20 pada April ke level saat ini 16,1, sebuah langkah yang datang bersamaan dengan lonjakan 140 basis poin dalam imbal hasil pada benchmark Treasury 10-tahun AS, yang bergerak terbalik terhadap harga.
"Suku bunga adalah inti dari setiap aset di alam semesta, dan kami tidak akan memiliki repricing positif dalam ekuitas sampai ketidakpastian di mana tingkat terminal akan diselesaikan jelas," kata Charlie McElligott, direktur pelaksana strategi lintas aset di Nomura.
Volatilitas dalam obligasi AS telah meletus pada tahun 2022, dengan perputaran imbal hasil Treasury minggu ini membawa Indeks Volatilitas Opsi Pasar Obligasi AS ICE BofAML (.MOVE) ke level tertinggi sejak Maret 2020. Sebaliknya, Indeks Volatilitas Cboe (.VIX) - apa yang disebut "fear gauge" Wall Street - telah gagal mencapai puncaknya dari awal tahun ini.