Presiden Rusia, Vladimir Putin menegaskan, mata uang dolar AS dan euro akan kehilangan kekuatannya di dunia. Putin berupaya membangun sistem pemukiman internasional yang aman yang tidak bergantung pada mata uang tersebut. Dikutip dari RT.com pada Rabu (22/2/2023), hal ini diungkapkan Putin dalam pidatonya kepada Majelis Federal yang berlangsung di Gostiny Dvor, Moskow, Selasa (21/2/2023). Putin berujar AS dan mata uang Barat lainnya pasti akan kehilangan posisi terdepannya dalam transaksi lintas batas global.

Kepala Negara mengatakan Moskow akan bekerja sama dengan sekutunya. Hal ini untuk membangun sistem pemukiman internasional yang aman yang tidak bergantung pada dolar atau euro. Menurut Putin, kebijakan negara-negara Barat saat ini menyebabkan dolar AS dan euro melemah. Termasuk kehilangan universalitasnya dalam pembayaran internasional. Dia menjelaskan bahwa mantan mitra Barat Rusia memaksa Moskow untuk memotong pemukiman dalam dolar dan mata uang Barat lainnya.

Pada bulan Desember, Putin menyatakan bahwa pangsa transaksi rubel dalam perdagangan luar negeri Rusia telah berlipat ganda sejak awal 2022. Kini rubel menyumbang sepertiga dari penyelesaian negara. Ia memproyeksikan penggunaan mata uang nasional sebagai pengganti dolar AS dan euro. Terutama dalam perdagangan dengan mitra internasional Rusia akan terus meningkat. Proses de-dolarisasi ekonomi Rusia dimulai pada tahun 2014.

Hal ini ketika negara-negara Barat memberlakukan sanksi awal terhadap Moskow atas penyatuan kembali Krimea dengan Rusia, yang sebelumnya merupakan bagian dari Ukraina. Sanksi yang diberlakukan sejak dimulainya operasi militer di Ukraina telah mempercepat proses tersebut. Terutama setelah lebih dari $300 miliar cadangan devisa Rusia dan aset lainnya dibekukan oleh AS dan sekutunya.

Dicetak ulang dari Tribunnews, semua hak cipta dilindungi oleh penulis aslinya.