Rusia secara terus terang mengungkapkan sanksi Barat telah berimbas pada efek domino perdagangan dunia. Akibat sanksi ini merusak prinsip perdagangan dunia. Dikutip dari tass.com pada Jumat (3/3/2023), hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov. Ia menjelaskan, sanksi Barat telah menyebabkan kerusakan serius jangka panjang. Sanksi menghantam pada prinsip-prinsip keterbukaan perdagangan dunia. “Prinsip-prinsip keterbukaan dalam perdagangan dunia telah rusak parah.

Ini bukan hanya konsekuensi satu tahun dan akan berdampak jangka panjang pada perdagangan global secara keseluruhan,” kata Siluanov. Ia mencatat bahwa sanksi tersebut merugikan Rusia dan negara-negara yang memberlakukannya. Menteri Keuangan Rusia menuturkan, terjadi pembekuan aset Rusia di luar negeri baik emas dan cadangan mata uang asing maupun aset perusahaan. Hal ini mengurangi kepercayaan pada mekanisme penyelesaian. Khususnya, logistik dan biaya eksportir Rusia terganggu.

Kerusakan disebabkan oleh pemberlakuan pembatasan seragam pada impor barang yang dibutuhkan Rusia. Menteri Keuangan Rusia menjelaskan bahwa pemerintah perlu mengembangkan sistem. Hal ini agar sanksi melemah. Terutama menyangkut rencana anggaran dan inisiatif produksi perusahaan Rusia. "Ini terutama menyangkut rencana anggaran dan inisiatif produksi perusahaan kami," tegasnya. Menurutnya, hal ini membutuhkan jaminan keamanan dan kemandirian finansial.

Pada saat yang sama, Menteri Siluanov mencatat bahwa utang publik Rusia pada awal 2023 sebesar 15,1% dari PDB. Rusia mengejar kebijakan fiskal yang bertanggung jawab. Termasuk aturan fiskal dan utang rendah. Utang Rusia pada awal 2023 berjumlah 15,1% dari PDB. Hal ini merupakan keuntungan Moskwa karena memungkinkan untuk bermanuver dalam hal operasi pasar keuangan, kemungkinan pinjaman, dan pembiayaan pengeluaran anggaran di masa depan.

Dicetak ulang dari Tribunnews, semua hak cipta dilindungi oleh penulis aslinya.