Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, mengakhiri kenaikan tiga hari, di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS yang agresif dapat menyebabkan perlambatan ekonomi global dan mengurangi permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober merosot 1,17 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 95,55 dolar AS per barel pada pukul 00.54 GMT, dengan kekhawatiran atas permintaan yang melambat di China karena krisis listrik di beberapa daerah juga membebani harga.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September, yang akan berakhir pada Senin, jatuh 1,12 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 89,65 dolar AS per barel. Kontrak Oktober yang lebih aktif berada di 89,29 dolar AS, turun 1,15 dolar AS atau 1,3 persen.

Baik Brent maupun WTI naik untuk hari ketiga berturut-turut pada Jumat (19/8/2022), tetapi turun sekitar 1,5 persen untuk minggu lalu karena dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran permintaan.

"Investor khawatir bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga yang curam oleh The Fed akan menyebabkan perlambatan ekonomi dan melemahkan permintaan bahan bakar," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum riset di Nissan Securities.

“Pembatasan listrik China di beberapa wilayah juga menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi,” tambahnya.

Provinsi Sichuan di barat daya China mulai membatasi pasokan listrik ke rumah, kantor, dan mal pekan lalu karena krisis listrik parah yang didorong oleh gelombang panas dan kekeringan ekstrem, menurut media pemerintah dan satu perusahaan listrik.

Penguatan dolar AS, yang berada di sekitar level tertinggi lima minggu, juga membebani harga minyak mentah karena membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lain.

Investor akan mencermati komentar Ketua Fed Jerome Powell ketika ia berpidato di konferensi perbankan sentral global tahunan di Jackson Hole, Wyoming, pada Jumat (26/8/2022).

Pejabat bank sentral AS masih memiliki "banyak waktu" sebelum mereka perlu memutuskan seberapa besar kenaikan suku bunga untuk disetujui pada pertemuan kebijakan 20-21 September mereka, Presiden Federal Reserve Richmond, Thomas Barkin mengatakan pada Jumat (19/8/2022).

The Fed dipandang memiliki lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga daripada bank sentral dari ekonomi besar lainnya yang lebih rapuh.

Sementara itu, para pemimpin Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Jerman membahas upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, kata Gedung Putih pada Minggu (20/8/2022), meskipun tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

Uni Eropa dan Amerika Serikat mengatakan pekan lalu bahwa mereka sedang mempelajari tanggapan Iran terhadap apa yang disebut Uni Eropa sebagai proposal "final" untuk menghidupkan kembali kesepakatan, di mana Teheran mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
COPYRIGHT © ANTARA 2022