Seputarforex - Harga minyak dunia menguat lebih dari 2 persen dan masih bertahan di dekat level tinggi pada hari Rabu (18/Januari). Harga minyak Brent berkisar di $86.47-an per barel, sementara harga minyak WTI diperdagangkan di sekitar $80.77 per barel.
Meskipun data GDP China kemarin menunjukkan perlambatan, harga minyak tidak tertekan oleh sentimen bearish. Pasalnya, angka GDP China untuk Q4/2022 masih di atas ekspektasi pasar. Para ekonom pun optimis dengan pertumbuhan ekonomi China ke depan, terutama setelah otoritas setempat tak lagi menerapkan kebijakan Zero-COVID yang selama ini menghambat pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, impor minyak China dilaporkan mengalami kenaikan 4 persen pada bulan lalu. Hal ini sehubungan dengan Perayaan Tahun Baru Imlek yang berlangsung dalam waktu dekat. Di China, momen liburan ini seringkali dimanfaatkan oleh mayoritas masyarakat untuk melakukan perjalanan sehingga meningkatkan konsumsi minyak di sana.
Reli harga minyak juga ditopang oleh pelemahan Dolar AS. Rilis beberapa data ekonomi AS akhir-akhir ini menunjukkan penurunan inflasi dan pasar tenaga kerja yang tak begitu tangguh. Hal ini tak pelak memicu pasar untuk berspekulasi mengenai perubahan arah dalam kebijakan The Fed.
Jika sebelumnya The Fed cenderung agresif dalam menggenjot kenaikan suku bunga, pasar sekarang meyakini jika bank sentral AS tersebut akan mengurangi rate hike dan menurunkan target suku bunga terminal. Apalagi, The Fed memang telah menyusutkan laju rate hike (dari 75 bps menjadi 50 bps) dalam pengumuman kebijakan terakhir. Untuk pertemuan FOMC selanjutnya, para pelaku pasar mengekspektasikan rate hike sebesar 25 bps saja.
"Pasar saat ini tengah mempertanyakan seperti apa keputusan Federal Reserve menanggapi rilis data ekonomi yang beragam dan kemunculan tanda-tanda hambatan ekonomi AS," kata John Kilduff, mitra Again Capital LLC di New York.