Pasar minyak menutup perdagangan Rabu dengan pergerakan mendatar yang berlanjut hingga sesi Asia hari Kamis (26/Januari) dan menunjukkan tanda-tanda reli bullish mulai tersendat. Pada saat berita ini ditulis, Brent Oil berada pada kisaran $86.20-an per barrel, menguat 0.03 persen. Sedangkan minyak WTI (West Texas Intermediate) pada harga $80.41 per barrel atau berada tidak jauh dari harga pembukaan harian.
Pergerakan harga minyak yang cenderung konsolidatif kemarin tidak terlepas dari tidak adanya katalis utama yang mampu mendorong harga lebih tinggi setelah reli sejak awal tahun. Laporan cadangan minyak mentah AS yang bertambah lebih kecil dari ekspektasi menjadi satu-satunya data yang sedikit banyak mampu menopang pergerakan emas hitam ini walaupun tidak begitu signifikan.
Setelah mencapai rekor tertinggi multi-bulanan pada hari Senin (23/Januari) lalu, harga minyak berangsur mulai terkoreksi karena investor melikuidasi posisi Long mereka sembari wait-and-see atas berbagai dinamika yang terjadi pada pasar minyak baru-baru ini.
Rilis beberapa data ekonomi AS yang cukup mengecewakan akhir-akhir ini menandakan bahwa ekonomi Paman Sam berpotensi menghadapi perlambatan dan mengerus optimisme pasar terhadap prospek permintaan minyak kedepan. Namun disisi lain, meredupnya ekspektasi suku bunga The Fed juga menopang harga minyak. Itulah sebabnya harga minyak tidak banyak bergerak sejak kemarin karena adanya tarik-menarik berbagai sentimen yang terjadi di pasar.
Perhatian pasar sekarang bergeser pada pertemuan Organisasi Negara Produsen Minyak beserta mitra atau OPEC+ pada 1 Februari mendatang. Pasar memperkirakan Arab Saudi cs akan mempertahankan kebijakan produksi mereka seperti bulan-bulan sebelumnya. Tidak tertutup kemungkinan muncul manuver terbaru OPEC yang berpotensi menentukan peta pergerakan harga minyak selanjutnya.