- USD/JPY telah tergelincir di bawah 132,50 karena sentimen risk-on mencoba untuk pulih di tengah meredanya ketegangan AS-Tiongkok.
- Antisipasi untuk kelanjutan kenaikan suku bunga oleh The Fed setelah penambahan besar tenaga kerja telah meningkat.
- Operasi pasar BoJ yang agresif telah secara drastis membatasi ruang lingkup spekulasi dalam obligasi berjangka.
Pasangan USD/JPY telah tergelincir di bawah batas bawah terdekat 132,50 di sesi Asia. Aset ini merasakan minat jual setelah pergerakan positif selama dua hari di tengah pemulihan dalam sentimen risk-on di pasar. Komentar positif dari Presiden AS Joe Biden mengenai hubungan AS dan Tiongkoktelah meningkatkan selera risiko para pelaku pasar.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Senin di Gedung Putih, "Insiden balon tidak melemahkan hubungan AS-Tiongkok." Hal ini telah menanamkan beberapa optimisme dalam dorongan negatif pasar secara keseluruhan. Aset-aset yang memiliki persepsi risiko seperti kontrak berjangka S&P500 menunjukkan sedikit penguatan setelah aksi jual selama dua hari di awal sesi Asia. Namun, imbal hasil yang dihasilkan oleh obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun masih lebih tinggi yaitu 3,64%.
Indeks Dolar AS (DXY) ditutup pada hari Senin dengan catatan yang menjanjikan dan diprakirakan akan tetap bullish menjelang pidato ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, yang dijadwalkan pada hari Selasa. Pidato dari Powell akan memberikan isyarat terkait kemungkinan tindakan kebijakan moneter pada bulan Maret. Pasar mengharapkan kelanjutan kenaikan suku bunga oleh The Fed karena penambahan tenaga kerja baru yang besar di Amerika Serikat di pasar tenaga kerja telah memicu risiko pemulihan inflasi AS.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS berada dalam tren turun selama beberapa bulan terakhir. Namun, kondisi pasar tenaga kerja yang ketat memiliki kemampuan untuk memasukkan dorongan baru ke dalam proyeksi inflasi karena sebagian besar rumah tangga yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi dapat mempercepat belanja konsumen.
Dari sisi Yen Jepang, Pendapatan Tunai Tenaga Kerja Jepang yang lebih kuat dari prakiraan mengindikasikan bahwa inflasi upah secara efektif meningkat dan dapat mendorong inflasi secara keseluruhan ke depan. Data ekonomi tersebut meningkat sebesar 4,8%, lebih tinggi dari konsensus 0,9% dan rilis sebelumnya sebesar 0,5%.
Sementara itu, sebuah laporan dari Reuters menyatakan bahwa "operasi pasar yang agresif dari Bank of Japan (BoJ) untuk mempertahankan kisaran kebijakan imbal hasilnya tidak hanya menguras likuiditas di pasar obligasi pemerintah, namun juga secara drastis membatasi ruang lingkup spekulasi di pasar obligasi berjangka."
Reuters menjelaskan secara mendalam bahwa para pedagang tidak dapat melakukan short-selling kontrak berjangka yang terdekat bertenor tiga bulan, yang jatuh tempo pada bulan Maret, karena BoJ memiliki sebagian besar obligasi dengan harga termurah yang dipatok pada kontrak berjangka tersebut.