Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik sekitar satu persen di sesi Asia pada Senin sore, karena ekspektasi bahwa OPEC akan memangkas produksi jika diperlukan untuk mendukung harga.
Selain itu, konflik di Libya dan meningkatnya permintaan di tengah melonjaknya harga gas alam di Eropa, membantu mengimbangi prospek pertumbuhan AS yang mengerikan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 45 sen atau 0,48 persen, menjadi diperdagangkan di 93,51 dolar AS per barel pada pukul 06.32 GMT, menambah kenaikan 2,5 persen minggu lalu.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 16 sen atau 0,16 persen, menjadi diperdagangkan pada 101,15 dolar AS per barel, memperpanjang kenaikan minggu lalu sebesar 4,4 persen.
"Harga minyak sedikit lebih tinggi di tengah harapan pengurangan produksi dari OPEC dan sekutunya untuk memulihkan keseimbangan pasar dalam menanggapi kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran," kata Sugandha Sachdeva, wakil presiden penelitian komoditas di Religare Broking.
Ekspor minyak AS yang kuat dan penarikan persediaan minyak yang lebih besar dari perkiraan dalam beberapa minggu terakhir, juga telah meredakan beberapa kekhawatiran permintaan di tengah kekhawatiran perlambatan, tambah Sachdeva.
Kedua kontrak acuan telah diperdagangkan lebih rendah pada pagi hari karena dolar naik setelah komentar blak-blakan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (26/8/2022) bahwa Amerika Serikat menghadapi periode pertumbuhan lambat yang berkepanjangan di tengah kenaikan suku bunga lebih lanjut.
"Sementara dolar yang kuat menahan harga-harga komoditas secara luas, masalah kekurangan pasokan di pasar minyak mungkin akan terus mendukung bias kenaikan," kata analis CMC Markets, Tina Teng.
Harga minyak telah didukung oleh isyarat dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, bahwa mereka dapat memangkas produksi untuk menyeimbangkan pasar.
Uni Emirat Arab selaras dengan pemikiran Saudi tentang kebijakan produksi, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Jumat (26/8/2022), sementara kementerian perminyakan Oman juga mengatakan pihaknya mendukung upaya OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasar.
Sebuah sumber mengatakan pekan lalu, OPEC akan mempertimbangkan pemotongan produksi untuk mengimbangi setiap peningkatan dari Iran, jika sanksi minyak dicabut bila Teheran setuju untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Bentrokan hebat di ibu kota Libya yang menewaskan 32 orang pada akhir pekan memicu kekhawatiran bahwa negara itu dapat tergelincir ke dalam konflik besar, yang menyebabkan gangguan pasokan minyak mentah dari negara OPEC.
"Selain itu, kenaikan harga gas kemungkinan akan mengakibatkan peralihan gas ke minyak, yang tetap menjadi pemicu positif untuk harga," kata Sachdeva.
Selain itu, konflik di Libya dan meningkatnya permintaan di tengah melonjaknya harga gas alam di Eropa, membantu mengimbangi prospek pertumbuhan AS yang mengerikan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 45 sen atau 0,48 persen, menjadi diperdagangkan di 93,51 dolar AS per barel pada pukul 06.32 GMT, menambah kenaikan 2,5 persen minggu lalu.
Minyak mentah berjangka Brent menguat 16 sen atau 0,16 persen, menjadi diperdagangkan pada 101,15 dolar AS per barel, memperpanjang kenaikan minggu lalu sebesar 4,4 persen.
"Harga minyak sedikit lebih tinggi di tengah harapan pengurangan produksi dari OPEC dan sekutunya untuk memulihkan keseimbangan pasar dalam menanggapi kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran," kata Sugandha Sachdeva, wakil presiden penelitian komoditas di Religare Broking.
Ekspor minyak AS yang kuat dan penarikan persediaan minyak yang lebih besar dari perkiraan dalam beberapa minggu terakhir, juga telah meredakan beberapa kekhawatiran permintaan di tengah kekhawatiran perlambatan, tambah Sachdeva.
Kedua kontrak acuan telah diperdagangkan lebih rendah pada pagi hari karena dolar naik setelah komentar blak-blakan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (26/8/2022) bahwa Amerika Serikat menghadapi periode pertumbuhan lambat yang berkepanjangan di tengah kenaikan suku bunga lebih lanjut.
"Sementara dolar yang kuat menahan harga-harga komoditas secara luas, masalah kekurangan pasokan di pasar minyak mungkin akan terus mendukung bias kenaikan," kata analis CMC Markets, Tina Teng.
Harga minyak telah didukung oleh isyarat dari Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, bahwa mereka dapat memangkas produksi untuk menyeimbangkan pasar.
Uni Emirat Arab selaras dengan pemikiran Saudi tentang kebijakan produksi, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Jumat (26/8/2022), sementara kementerian perminyakan Oman juga mengatakan pihaknya mendukung upaya OPEC+ untuk menjaga stabilitas pasar.
Sebuah sumber mengatakan pekan lalu, OPEC akan mempertimbangkan pemotongan produksi untuk mengimbangi setiap peningkatan dari Iran, jika sanksi minyak dicabut bila Teheran setuju untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Bentrokan hebat di ibu kota Libya yang menewaskan 32 orang pada akhir pekan memicu kekhawatiran bahwa negara itu dapat tergelincir ke dalam konflik besar, yang menyebabkan gangguan pasokan minyak mentah dari negara OPEC.
"Selain itu, kenaikan harga gas kemungkinan akan mengakibatkan peralihan gas ke minyak, yang tetap menjadi pemicu positif untuk harga," kata Sachdeva.