Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia mencatatkan koreksi mingguan yang dalam seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap pelemahan permintaan global dan reli mata uang dolar AS. Pelaku pasar juga mencermati kelanjutan negosiasi terkait perjanjian nuklir Iran.
Berdasarkan laporan Bloomberg pada Jumat (2/9/2022) harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pada pekan ini telah anjlok sekitar 6 persen seiring dengan keluarnya investor dari pasar komoditas. Pada perdagangan hari ini, harga minyak WTI terpantau naik 1 persen ke level US$87,50 per barel.
Pengetatan kebijakan moneter global dan lockdown di China menimbulkan kekhawatiran pasar terhadap konsumsi energi yang akan melemah. Hal ini juga ditambah dengan reli mata uang dolar AS ke level tertinggi sepanjang masa yang membuat harga minyak mentah semakin mahal untuk pembeli luar negeri.
Adapun, sepanjang Juni - Agustus 2022, harga minyak dunia telah terpangkas hingga seperlimanya dan menghapus seluruh keuntungan yang didapat dari sentimen perang Rusia – Ukraina.
Koreksi ini akan membayangi pertemuan Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya terkait rencana produksi pada Senin pekan depan. Sejumlah pengamat memprediksi OPEC akan mempertahankan pasokan seiring dengan outlook pasar minyak dunia yang akan semakin ketat.
Vandana Hari, Founder Vanda Insights mengatakan harga minyak kemungkinan akan terkonsolidasi dalam beberapa waktu ke depan. Menurutnya, konsolidasi harga akan terjadi setelah koreksi besar-besaran selama 3 sesi perdagangan terakhir.
“Pelaku pasar akan berhati – hati untuk tidak memasang posisi short untuk minyak mentah sebelum hasil pertemuan OPEC pada Senin depan diumumkan,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, pembicaraan untuk memberlakukan kembali perjanjian nuklir Iran terus bergulir. Jika hal tersebut terealisasi dan AS bersedia menghapus sanksi yang diberlakukan, pasar akan mendapatkan pasokan minyak tambahan dari Iran.