Bunga Pinjol Ketinggian Bikin Masyarakat Ogah Bayar Pinjaman
Detik · 03 Nov 2023 4.3K Views
pinjam online
Jakarta

Biaya jasa layanan fintech P2P Lending alias pinjaman online (pinjol) maksimal 0,4% per hari masih dianggap terlalu besar bagi sejumlah pihak. Kondisi ini disinyalir akan membuat angka kredit macet pinjol jadi makin tinggi karena masyarakat kesulitan untuk melunasinya.

Pandangan ini disampaikan oleh Pengamat Teknologi sekaligus Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi. Menurutnya, bunga pinjol maksimal 0,4% per hari atau 12% per bulan ini terbilang masih cukup tinggi sehingga bisa menyulitkan masyarakat penggunanya.

"Salah satu persoalan dari banyaknya gap atau tidak dikembalikannya pinjol karena bunganya tinggi sehingga yang menggunakan jasa ini kesulitan untuk mengembalikan," kata Heru saat dihubungi detikcom, Jumat (3/11/2023).

"Apalagi ada fintech-fintech yang mungkin legal atau ilegal yang bunganya tidak hanya bunga yang ditentukan, tapi ada bunga berbunga," tambahnya.

Oleh karena itu, menurutnya perlu ada regulasi pemerintah yang mengatur ketetapan bunga tersebut sehingga besarannya akan seimbang dan saling menguntungkan. Ia menilai, idealnya besaran bunga pinjol 2-3 kali dari suku bunga acuan BI yang besarnya 6%. Dengan demikian, ia menyarankan maksimal besaran bunga pinjol di 12-16%.

"Masyarakat diuntungkan dengan bunga yang tidak terlalu tinggi, kemudian juga penyelenggara fintech-nya juga diuntungkan karena dengan bunga rendah masyarakat bisa mengembalikan pinjamannya," ujarnya.

"Kalau misalnya 2-3 kali dari suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia, saya pikir pengusaha masih tetap bisa untung. Karena kan 2-3 kali lipat," sambungnya.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom CELIOS, Nailul Huda. Menurutnya, perlu ada keseimbangan dalam menetapkan besaran bunga ini. Ia juga menilai, 2-3 kali suku bunga BI merupakan besaran bunga yang ideal.

Pandangannya itu didasari atas opportunity cost dari investasi di tempat lain bisa dilihat dari suku bunga Bank Indonesia. Menurutnya, penetapan suku bunga dan risiko dari peminjam sangat penting demi menjamin keseimbangan tersebut.

"Keduanya (borrower dan lender) harus diberikan biaya yang seimbang. Biaya untuk borrower adalah bunga pinjaman. Biaya untuk lender adalah risiko dan opportunity cost dari pemberian pinjaman ke borrower. Platform bertugas untuk menyeimbangkan biaya tersebut," ujar Huda, dihubungi terpisah.

Sebagai tambahan informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat masih ada banyak perusahaan pinjol dengan tingkat kredit macet yang tinggi. Per Agustus 2023 pinjol yang memiliki tingkat kredit macet atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di atas 5% masih terbilang cukup banyak, yakni mencapai 21 pinjol.

"Jumlah ini (TWP90 di atas 5%) sebenarnya cenderung menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 23 penyelenggara," kata Agusman, Senin (9/10/2023).

Agusman menjelaskan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perubahan TWP90 di atas 5%, salah satunya kemampuan platform memfasilitasi penyaluran dana. "Sehingga dapat mempengaruhi outstanding pendanaan dan besarnya pendanaan yang masuk ke dalam kategori macet," tambahnya.

Selain itu, terkait kualitas credit scoring kepada calon penerima pinjaman, kualitas proses collection pinjaman yang sedang berjalan, serta banyaknya kerja sama dengan ekosistem seperti penyediaan fasilitas asuransi kredit dan yang sejenisnya.

Reprinted from Detik , the copyright all reserved by the original author.

Recommend

MARKET PREVIEW: Mengenal Chart Pattern Bilateral

MAXCO · 29 Nov 2023 113.6K Views

Dolar menguat menyusul turunnya data klaim pengangguran AS

Antara · 23 Nov 2023 345.9K Views

USD/CHF Melemah karena SNB Mengurangi Cadangan Mata Uang Asing, Diperdagangkan Mendekati 0,8830

FXStreet · 23 Nov 2023 114.3K Views

Analisis Harga EUR/USD: Bertahan di Atas 1,0900 Menjelang Data IMP Zona Euro

FXStreet · 23 Nov 2023 118.4K Views

Prakiraan AUD/USD: Waktunya untuk Konsolidasi

FXStreet · 23 Nov 2023 39.4K Views

Prakiraan EUR/USD: Bearish Sementara di Bawah 1,0900

FXStreet · 23 Nov 2023 36.1K Views

MARKET PREVIEW: Mengenal Basic Price Action

MAXCO · 22 Nov 2023 30.6K Views

Analisis AUD/USD: Perpanjang Penurunan Penolakan yang Terinspirasi Risalah FOMC yang Hawkish dari SMA 200-Hari

FXStreet · 22 Nov 2023 22K Views

Bos ChatGPT Masih Labil, Balik ke OpenAI atau ke Microsoft?

CNBC Indonesia · 22 Nov 2023 11.5K Views