Wall Street turun dipicu naiknya yield obligasi dan komentar Powell
Antara · 10 Nov 2023 4.2K Views
Wall Street turun dipicu naiknya yield obligasi dan komentar Powell
 
New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) dipicu yield atau imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang naik setelah lelang obligasi 30 tahun yang mengecewakan dan komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell. 

Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 220,33 poin atau 0,65 persen ke 33.891,94, indeks S&P 500 turun 35,43 poin atau 0,81 persen ke 4.347,35, dan Indeks Komposit Nasdaq melemah 128,97 poin atau 0,94 persen ke 13.521,45.

Powell mengatakan para pejabat bank sentral tidak yakin suku bunga cukup tinggi untuk mengendalikan inflasi dan mungkin tidak mendapatkan lebih banyak bantuan dari perbaikan pasokan barang, jasa dan tenaga kerja.

Saham-saham bergerak sedikit lebih turun sebelum komentar Powell karena imbal hasil naik setelah lemahnya lelang obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun senilai 24 miliar dolar AS dengan permintaan utang sebesar 2,24 kali lipat dari penjualan obligasi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terakhir naik 12,8 basis poin menjadi 4,636 persen setelah naik setinggi 4,654 persen pada hari itu.

Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities Peter Cardillo di New York mengatakan, Powell mengambil sudut pandang hawkish lagi.

"Dia meyakinkan pasar bahwa perjuangan melawan inflasi belum dimenangkan dan jika kondisi perekonomian memungkinkan, mereka tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga lagi," ujar Cardillo.

Menurut Cardillo, Powell mengatakan kepada pasar untuk tidak terlalu berpuas diri dan hal itu memberikan tekanan pada saham.

Penurunan tersebut menandai persentase penurunan satu hari terbesar bagi S&P dan Nasdaq sejak 26 Oktober dan terbesar bagi Dow Jones sejak 27 Oktober.

Ekuitas menguat karena melemahnya data ekonomi, termasuk laporan gaji bulanan, dan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun di tengah pandangan bahwa pertemuan kebijakan terbaru The Fed mengisyaratkan bank sentral telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.

Setelah reli kuat di Wall Street minggu lalu, laju kenaikan saham melambat, dan penurunan pada Kamis (9/11) mengakhiri kenaikan delapan sesi berturut-turut untuk S&P 500 dan sembilan sesi kenaikan berturut-turut untuk Nasdaq, yang terpanjang untuk masing-masing kenaikan sejak November 2021.

Sebagian besar pedagang bertaruh bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tahun ini bahkan setelah komentar Powell, tetapi sekarang diperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai pada 2024, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Beberapa pengambil kebijakan telah mengambil sikap hawkish pada minggu ini untuk menghalangi ekspektasi penurunan suku bunga, dan beberapa di antaranya menekankan pendekatan kebijakan yang bergantung pada data.

Sementara itu, laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim pengangguran turun tipis pada minggu lalu menjadi 217.000 klaim, mengindikasikan PHK belum meningkat meskipun ada tanda-tanda pasar tenaga kerja yang melemah.

Saham Walt Disney melonjak 6,9 persen karena laba kuartalannya dan ketika para aktor Hollywood mencapai kesepakatan tentatif dengan studio-studio besar.

Kesebelas sektor utama S&P melemah, dipimpin oleh penurunan sektor kesehatan dan sektor diskresioner konsumen dengan penurunan masing-masing sekitar 2 persen.

Sementara saham perusahaan semikonduktor Arm Holdings turun 5,2 persen karena perkiraan penjualan kuartal ketiga yang suram.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,36 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,97 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Jumlah saham-saham yang turun melebih jumlah saham yang naik dengan rasio 2,7 : 1, sedangkan untuk Nasdaq rasionya 2,8 : 1.

S&P 500 mencatatkan 19 titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 12 titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 47 titik tertinggi baru dan 321 titik terendah baru
Reprinted from Antara , the copyright all reserved by the original author.

Affected Trading Instrument

*Risk Disclaimer: The content above represents only the views of the author. It does not represent any views or positions of Maxco and does not mean that Maxco agrees with its statement or description, nor does it constitute any investment advice. For all actions taken by visitors based on information provided by the Maxco, Maxco does not assume any form of liability unless otherwise expressly promised in writing.

Recommend

MARKET PREVIEW: Mengenal Chart Pattern Bilateral

MAXCO · 29 Nov 2023 113.6K Views

Dolar menguat menyusul turunnya data klaim pengangguran AS

Antara · 23 Nov 2023 345.8K Views

USD/CAD Melayang di Sekitar 1,3680 dengan Bias Negatif di Tengah Penurunan Harga Minyak Mentah

FXStreet · 23 Nov 2023 99.3K Views

USD/CHF Melemah karena SNB Mengurangi Cadangan Mata Uang Asing, Diperdagangkan Mendekati 0,8830

FXStreet · 23 Nov 2023 114.3K Views

Wall Street Menguat Jelang Libur Thanksgiving

Pasar Dana · 23 Nov 2023 93.4K Views

NZD/USD Naik ke Pertengahan 0,6000-an, Puncak Baru Harian di Tengah Pelemahan USD

FXStreet · 23 Nov 2023 102.3K Views

Outlook GBPUSD: Kembali ke 1.25000 Terkait Rilis PMI UK

Maxco · 23 Nov 2023 174.6K Views

Prakiraan AUD/USD: Waktunya untuk Konsolidasi

FXStreet · 23 Nov 2023 39.3K Views

Stabilitas USD di Level 103.00 Jelang Libur Thanksgiving

Maxco · 22 Nov 2023 138.6K Views