Strategi yang tepat dalam melakukan trading forex adalah kunci kesuksesan seorang trader. Semakin tepat dan efektif strategi yang dipakai, semakin besar juga kemungkinan untuk mendapatkan profit yang besar. Salah satu strategi yang termasuk dalam advanced strategi atau strategi tingkat lanjut adalah Pullback Crossover. Strategi ini memiliki kegunaan utama untuk mendeteksi arah dan kekuatan pasangan mata uang asing.
Lalu apa sebenarnya Strategi Pullback Crossover? Pada artikel ini akan dibahas secara detail dan tuntas tentang strategi ini.
Pullback Crossover adalah strategi yang bertujuan untuk mendeteksi arah dan kekuatan mata uang. Strategi ini termasuk dalam strategi trend continuation dan memiliki fokus utama pada kelanjutan tren yang lebih kuat.
Pullback dalam strategi ini sendiri mengacu pada kemunduran yang terjadi ketika harga bergerak ke arah yang berlawanan untuk jangka pendek sebelum kemudian melanjutkan ke arah yang sama. Dalam grafik, akan terlihat dua kemungkinan. Pertama, dalam kondisi uptrend, harga turun dalam jangka waktu yang pendek kemudian terus bergerak naik atau jika dalam kondisi downtrend, harga tiba-tiba bergerak ke atas dan kemudian berlanjut ke bawah.
Crossover mengacu pada persimpangan dari dua MA (Moving Average). Saat MA menyilang, maka ini adalah pertanda bahwa perubahan tren sedang terjadi dan trader bisa menyesuaikan posisi yang paling tepat karena Crossover menentukan pembalikan atau penembusan dalam tren pasar.
Pullback Crossover memanfaatkan highest high dan lowest low untuk menentukan arah trend sebelum memasuki pasar dan menggunakan dua EMA, yaitu EMA 20 dan EMA 50 sebagai support dan resistance level. Itulah mengapa, Pullback Crossover sangat esensial dalam mempermudah trader menganalisa pasar karena menawarkan exit dan entry point yang jelas.
Ada dua indikator yang dipakai dalam Strategi Pullback Crossover, yaitu Exponential Moving Averages (EMAs) dan Commodity Channel Index (CCI). Dua indikator ini merupakan indikator utama dalam forex dan memiliki dua fungsi tersendiri.
EMA memiliki fungsi untuk memberi bobot lebih besar pada data harga terbaru yang juga berarti bahwa EMA akan menunjukan perilaku trader pada saat ini. Noise yang kerap ditemukan pada grafik pun dapat diminimalisir oleh EMA karena harga - harga yang sudah tidak relevan akan dibuang.
EMA yang digunakan dalam Pullback Crossover adalah EMA 20 dan 50. Ini berarti, jika garis 20 bergerak di atas garis 50, maka itu menjadi pertanda untuk sinyal bullish. Sinyal bullish menunjukkan uptrend di pasar, dan membentuk entry point sedangkan jika yang terjadi kebalikannya dimana garis 20 bergerak di bawah garis 50, maka sinyal bearish akan terjadi.
Indikator kedua adalah CCI. CCI sendiri merupakan oscillator yang berdasarkan pada momentum dan menunjukan apakah pasar sedang dalam kondisi overbought atau oversold. Cara membaca CCI ini cukup mudah. Jika berada diatas +100 maka pasar sedang overbought.
Sebaliknya, jika berada di bawah -100 maka pasar sedang oversold. Jika pasar overbought maka akan terjadi penurunan harga sedangkan jika pasar oversold maka uptrend akan terjadi. CCI juga berguna untuk mengukur volatilitas lewat garis lereng (slope) dari garis CCI. Jika kemiringannya terlalu curam maka volatilitas sedang tinggi. Maka untuk mendapatkan harga yang stabil, garis lereng harus berbentuk kurva yang natural.
Setelah memahami definisi dan penggunaan dua indikator Pullback Crossover, trader bisa melihat dua contoh set up di bawah ini. Grafik yang digunakan dalam contoh adalah grafik 4 jam dan mengunakan pasangan GBP/USD. Pasangan ini dipilih karena merupakan pasangan mata uang utama dan memiliki volatilitas yang rendah.
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa harga mengalami sedikit pullback, entry point yang jelas, dan mengonfirmasi bahwa uptrend akan berlanjut. EMA 50 berfungsi sebagai support level dan EMA 20 sebagai resistance level. Untuk stop loss, tempatkan pada swing low terbaru. Sedangkan take profit bisa ditempatkan pada high terbaru atau 1.5 kali dari stop loss.
Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa harga mengalami sedikit pullback, entry point yang jelas, dan mengkonfirmasi bahwa pasar sedang mengalami downtrend. EMA 50 berfungsi sebagai resistance level dan EMA 20 sebagai support level. Untuk stop loss, tempatkan pada high terbaru. Sedangkan take profit bisa ditempatkan pada low terbaru atau 1.5 kali dari stop loss.
Penggunaan Pullback Crossover merupakan strategi yang sangat efektif dan bisa bekerja dengan lebih baik daripada crossover atau pullback konvensional. Walaupun termasuk strategi tingkat lanjut, trader pemula sekalipun bisa memahami strategi ini dengan cepat karena tidak banyak indikator yang digunakan. Selain itu EMA dan CCI juga lebih mudah dibaca dan dimengerti.
Meski begitu, indikator ini kurang cocok untuk digunakan untuk semua jenis pasar terlebih untuk ranging market dan choppy market. Jadi trader harus benar - benar memperhatikan kondisi pasar agar tahu kapan waktu yang tepat untuk menggunakan strategi ini.