Amerika Serikat belum lama ini menyuarakan ketidaksetujuan atas langkah OPEC dalam memotong produksi di awal Oktober. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen bahkan secara blak-blakan menyebut keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak itu sebagai tindakan yang tidak bijaksana. Pada saat berita ini diturunkan, minyak Brent bergerak pada kisaran $97.70 per barrel atau melemah 0.64 persen, sementara itu minyak mentah AS berada pada kisaran $92.30an per barrel, melemah 0.88 persen.
Lebih jauh Yellen mengatakan keputusan OPEC memangkas produksi secara masif pada bulan ini akan mendorong harga minyak kembali naik dan pada akhirnya berdampak terhadap perekonomian global, terutama negara berkembang.
“Kami khawatir terhadap kondisi perekonomian negara berkembang yang akan semakin memburuk atas kenaikan harga energi dunia dan akan meningkatkan inflasi,” kata Yellen sembari mengkritik tindakan lamban negara sekutu dalam mengirim bantuan keuangan kepada Ukraina.
Gedung Putih memang sedang gencar-gencarnya menolak tindakan OPEC karena dapat memicu lonjakan harga energi dunia jelang musim dingin pada akhir tahun. Sebagian analis menilai sikap ngotot pemerintah Biden untuk menurunkan harga minyak sebagai upaya mempertahankan posisi partai Demokrat di Kongres menjelang pelaksanaan pemilu Midterm Election.
Di tempat terpisah, Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov justru mengapresiasi keputusan OPEC yang dinilai sebagai pekerjaan baik untuk menyeimbangkan kekacauan yang telah dilakukan Amerika Serikat terhadap pasar energi dunia.
Peskov menambahkan bahwa Amerika Serikat mulai kehilangan ketenangan menyusul kenaikan harga minyak sesuai OPEC memangkas produksi dalam volume yang cukup besar. Menurut Peskov, Amerika Serikat mulai meningkatkan pelepasan cadangan minyak strategis ke pasaran dalam upaya meredam lonjakan harga minyak.
“Mereka (Amerika Serikat) mencoba melepas lebih banyak cadangan minyak strategis untuk memanipulasi harga pasar. Kami menilai manuver yang dilakukan AS akan berdampak kurang baik,” pungkas Peskov.
Keputusan OPEC memangkas produksi bulan ini kian memperburuk hubungan antara pemerintah Biden dengan Arab Saudi yang notabene bertindak sebagai pemimpin OPEC. Padahal selama ini hubungan negeri Paman Sam dan Saudi pasang surut dalam beberapa bulan terakhir, terutama menyangkut kebijakan produksi ditengah lonjakan harga minyak sejak awal tahun.
