Belum lama ini beberapa anggota OPEC menyuarakan dukungan mereka terkait keputusan pemotongan produksi sebesar 2 juta barrel per hari (bph) yang dimulai sejak 5 Oktober 2022. Dukungan ini mencuat setelah Amerika Serikat menuduh OPEC tidak mendukung pemulihan ekonomi global yang disebabkan oleh inflasi tinggi. Pada saat berita ini diturunkan, minyak Brent terapresiasi 0.61 persen dan bergerak pada kisaran $92.18 per barrel, sedangkan minyak WTI berada pada kisaran $86.40an atau menguat 0.94 persen secara harian.
Meningkatnya ketegangan antara Gedung Putih dan OPEC bermula dari pernyataan keras Menteri Keuangan AS Yellen Janet pada pekan lalu yang mengatakan keputusan pengurangan produksi secara besar-besaran oleh Organisasi Negara Produsen Minyak itu merupakan tindakan tidak bijaksana yang justru akan kembali meningkatkan inflasi global.
Menanggapi tuduhan Gedung Putih, Arab Saudi pun tidak tinggal diam. Melalui Menteri Pertahanan Pangeran Khalid bin Salman mengatakan bahwa keputusan OPEC yang melakukan gebrakan dengan memotong produksi hingga 2 juta bph untuk menyeimbangkan dan menjaga stabilitas pasar minyak dunia. Raja Saudi Salman bin Abdul Aziz secara terpisah ikut mendukung langkah pengurangan output OPEC tersebut.
Ditengah perseteruan antara Saudi dan negeri Paman Sam, beberapa negara OPEC mendukung keputusan pemotongan produksi. Menteri Energi Uni Emirat Arab dalam sebuah postingan Twitter baru-baru ini menjelaskan keputusan pengurangan output sejatinya sudah didukung secara penuh oleh seluruh negara anggota OPEC dan murni tindakan teknis tanpa adanya maksud politik.
Dukungan serupa juga datang dari SOMO, perusahaan minyak terbesar Irak yang mengatakan kesepakatan sudah tercapai dari semua anggota OPEC sebelum memutuskan untuk mengurangi output harian secara masif. Lagipula menurut SOMO pendekatan pre-emptive merupakan jalan terbaik yang bisa dilakukan ditengah kondisi saat ini yakni dengan menjaga stabilitas pasar minyak.
Sementara itu, CEO perusahaan minyak nasional Kuwait Nawaf Saud al-Sabah dalam pernyataan resmi mengatakan bahwa dirinya menyambut baik keputusan pengurangan produksi Karena dapat kembali menstabilkan harga minyak setelah melemah tajam dalam beberapa bulan terakhir. Dukungan lain juga diutarakan oleh Bahrain, Oman hingga Aljazair yang secara garis besar ikut mengapresiasi keputusan pemotongan produksi yang dipimpin Arab Saudi bulan ini.