Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik untuk hari keempat berturut-turut di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, dengan minyak mentah AS, minyak pemanas dan stok bahan bakar jet terlihat ketat saat ledakan musim dingin melanda Amerika Serikat dan perjalanan akan melonjak untuk musim liburan.
Minyak mentah berjangka Brent bertambah 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 82,47 dolar AS pada pukul 01.45 GMT, memperpanjang kenaikan sekitar 2,7 persen di sesi sebelumnya. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 35 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 78,64 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan melonjak pada Rabu (21/12/2022) setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari yang diperkirakan para analis, membukukan penurunan 5,89 juta barel untuk pekan yang berakhir 16 Desember.
Pada saat yang sama terjadi penurunan stok sulingan, yang meliputi minyak pemanas dan bahan bakar jet, yang melampaui ekspektasi untuk peningkatan.
Penurunan stok datang karena permintaan untuk minyak pemanas akan melonjak ketika badai musim dingin yang kuat melanda Amerika Serikat, diperkirakan akan membawa angin dingin di bawah nol sejauh selatan Texas dan rekor terendah ke Florida dan negara bagian timur.
Konsumsi bahan bakar jet juga diperkirakan akan meningkat dengan ledakan perjalanan pasca-COVID untuk musim liburan akhir tahun.
"Pada angka-angka kami ... pasar minyak mentah sangat seimbang," kata kepala penelitian komoditas National Australia Bank, Baden Moore.
"Ketika kita melihat ke tahun 2023, kita melihat pembukaan kembali China dan kemungkinan permintaan jet global yang terus meningkat (menuju level 2019) akan memperketat pasar minyak mentah global dan mendorong harga lebih tinggi," katanya.
Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak, karena minyak mentah menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Minyak mentah berjangka Brent bertambah 27 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 82,47 dolar AS pada pukul 01.45 GMT, memperpanjang kenaikan sekitar 2,7 persen di sesi sebelumnya. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 35 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 78,64 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan melonjak pada Rabu (21/12/2022) setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari yang diperkirakan para analis, membukukan penurunan 5,89 juta barel untuk pekan yang berakhir 16 Desember.
Pada saat yang sama terjadi penurunan stok sulingan, yang meliputi minyak pemanas dan bahan bakar jet, yang melampaui ekspektasi untuk peningkatan.
Penurunan stok datang karena permintaan untuk minyak pemanas akan melonjak ketika badai musim dingin yang kuat melanda Amerika Serikat, diperkirakan akan membawa angin dingin di bawah nol sejauh selatan Texas dan rekor terendah ke Florida dan negara bagian timur.
Konsumsi bahan bakar jet juga diperkirakan akan meningkat dengan ledakan perjalanan pasca-COVID untuk musim liburan akhir tahun.
"Pada angka-angka kami ... pasar minyak mentah sangat seimbang," kata kepala penelitian komoditas National Australia Bank, Baden Moore.
"Ketika kita melihat ke tahun 2023, kita melihat pembukaan kembali China dan kemungkinan permintaan jet global yang terus meningkat (menuju level 2019) akan memperketat pasar minyak mentah global dan mendorong harga lebih tinggi," katanya.
Dolar AS yang lebih lemah juga mendukung harga minyak, karena minyak mentah menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.