
Dolar AS menyentuh level terendah dalam 7 bulan terakhir menjelasng rilis data inflasi pekan ini. (Foto: dok iNews)
NEW YORK, iNews.id - Dolar Amerika Serikat (AS) berakhir melemah pada perdagangan Selasa (10/1/2023) waktu setempat atau Rabu (11/1/2023) dini hari WIB. Sepanjang perdagangan dolar AS bergerak di level terlemahnya terhadap euro dan sekelompok mata uang utama lainnya dalam tujuh buan terakhir.
Pelemahan dolar AS disebabkan para pedagang menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini untuk membantu memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed (Federal Reserve).
Data minggu lalu menunjukkan bahwa sementara ekonomi AS menambah pekerjaan yang solid pada Desember 2022, pertumbuhan upah melambat, dan aktivitas jasa-jasa melemah.
Data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS untuk Desember akan dirilis pada Kamis (12/1/2022) dan merupakan salah satu laporan ekonomi utama terakhir sebelum pertemuan Federal Reserve pada 31 Januari 2023 sampai 1 Februari 2023.
"Pasar valas di kisaran ketat menjelang data utama IHK AS. Tidak mengherankan mengingat besarnya penekanan pasar obligasi pada data itu," kata analis dari ANZ Research, sebagaimana dikutip Antara, Rabu (11/1/2023).
Dolar AS bergerak cenderung lebih rendah karena investor dan pedagang mempertanyakan apakah The Fed harus meningkatkan target suku bunganya di atas 5,0 persen untuk mengekang inflasi yang sangat tinggi. Pasalnya, dampak dari kenaikan agresif bank sentral AS dalam biaya pinjaman pada 2022 telah mulai terlihat.
Investor dan pedagang sekarang memperkirakan suku bunga dana federal mencapai puncaknya di bawah 5,0 persen pada Juni 2023, sebelum mulai turun di akhir tahun.
Euro naik tipis 0,1 persen terhadap greenback menjadi 1,07415 dolar, sedikit di bawah level tertinggi tujuh bulan di 1,07605 dolar AS yang dicapai pada Senin (9/1/2023). Sementara Poundsterling merosot 0,18 persen menjadi 1,21585 dolar AS, tepat di bawah puncak tiga minggu sehari sebelumnya.
"Sampai narasi The Fed yang lebih hawkish muncul, dolar kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan," kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman, menambahkan bahwa pelemahan dolar saat ini mungkin berlebihan.