Nilai tukar yen sempat menguat pesat sejak akhir tahun lalu, karena para pelaku pasar berharap bank sentral Jepang (BoJ) mengubah arah kebijakannya menjadi lebih ketat seiring dengan kenaikan inflasi. Sayangnya, harapan itu musnah seusai pengumuman hasil rapat kebijakan BoJ hari ini (18/Januari).
BoJ tadi pagi bukannya bersikap lebih hawkish, tetapi malah menambah amunisi baru untuk menegakkan kebijakan moneter longgarnya. Konsekuensinya, USD/JPY meloncat sekitar 2.5% sampai level tertinggi satu sesi pada 131.58. GBP/JPY dan EUR/JPY juga masing-masing melonjak lebih dari 2 persen.
Grafik USD/JPY Daily via TradingView
Pengumuman BoJ mengungkapkan bahwa para peserta rapat sepakat untuk mempertahankan kebijakan pengendalian kurva yield (YCC) dengan target suku bunga jangka pendek pada -0.1%, serta target yield obligasi JGB 10Y pada 50 basis poin di sekitar 0%. Dengan kata lain, ambang yield JGB 10Y maksimal tetap berada pada 0.50%.
Untuk menanggapi aksi pasar yang berulang kali mendesak yield hingga melebihi ambangnya, BoJ memilih untuk mengamandemen aturan untuk operasi pasar. Amandemen itu memungkinkan bank sentral untuk menyalurkan dana kepada lembaga keuangan hingga durasi 10 tahun dalam bentuk pinjaman berbunga tetap maupun mengambang. Sebelumnya, BoJ hanya dapat menyalurkannya dengan bunga tetap.
BoJ juga memaparkan proyeksi kondisi ekonomi Jepang yang lebih buruk dan inflasi yang menurun lagi dalam rincian hasil rapat tersebut. Mereka memperkirakan laju kenaikan harga-harga akan termoderasi seiring dengan memudarnya efek kenaikan harga bahan baku. Sementara itu, perlambatan ekonomi global tahun ini akan membebani pertumbuhan ekonomi Jepang yang mengandalkan ekspor.
Sejumlah pengamat mensinyalir pengumuman BoJ hari ini merupakan upaya Gubernur Haruhiko Kuroda untuk menstabilkan situasi sebelum pergantian Gubernur BoJ pada April mendatang. Oleh karena itu, masih ada secercah harapan untuk perubahan kebijakan BoJ --meskipun hal itu belum akan terealisasi dalam waktu dekat.