Euro terus beranjak sejak pembukaan perdagangan awal pekan hingga sesi Asia hari Rabu (31/Agustus) berkat penurunan harga gas Eropa, sementara dolar AS terkunci dalam zona konsolidasi pasca-Simposium Jackson Hole. Upaya rebound telah mengantarkan EUR/USD kembali ke atas ambang paritas pada level 1.0035. EUR/GBP dan EUR/JPY juga terangkat sampai rekor tertinggi sejak Juli.
Harga gas Eropa dan Inggris untuk pengiriman berjangka telah menurun hingga 20% per perdagangan sesi Eropa kemarin. Dua faktor memicu terjadinya situasi tersebut, yakni peningkatan jumlah simpanan gas Eropa dan rencana reformasi pasar energi Eropa.
Data menunjukkan bahwa Eropa akan mampu memenuhi target penyimpanan sampai 80% per November, khususnya karena perusahaan-perusahaan utilitas telah melancarkan aksi beli "pada harga berapa saja". Hal ini menandakan bahwa permintaan gas ke depan akan mulai berkurang karena perusahaan-perusahaan utilitas tak akan lagi bersedia membeli pada tingkat harga yang terlalu mahal. Selain itu, peningkatan simpanan mengurangi risiko penjatahan gas di masa depan.
Belajar dari pengalaman, Eropa berupaya pula untuk mengambil langkah guna mencegah terjadinya krisis energi berulang melalui kebijakan yang berdampak lebih permanen. Pejabat Uni Eropa baru-baru ini mengumumkan akan mereformasi pasar energi dengan target menurunkan harga secara struktural.
Kurs euro berulang kali ambruk ke bawah ambang paritas (1.000) lantaran krisis energi yang kian memburuk selama beberapa bulan bekalangan, khususnya kenaikan harga gas dan kelangkaan sumber daya energi yang mengancam perekonomian kawasan. Dengan kata lain, euro berpeluang pulih secara berkelanjutan jika krisis teratasi.
Euro menanjak sehubungan dengan percikan optimisme tersebut. Namun, krisis energi masih jauh dari garis finis. Pelaku pasar terus memantau perkembangan seputar isu ini dengan cermat, di samping data-data ekonomi dan kebijakan bank sentral Eropa mendatang.