Pound Inggris naik lebih dari 1% terhadap mata uang AS di awal transaksi London mencapai 1,1646, level tertinggi bulan ini. Kemudian, mata uang Inggris mengurangi kenaikannya dan naik 0,80% untuk terakhir kalinya menjadi 1,1592.
Adapun dinamika pasangan EUR/GBP yang sangat terkendali menunjukkan penurunan hanya 0,21%, ke level 0,8670.
Pasangan EUR/USD juga tumbuh sekitar 1% - ke level tertinggi dalam tiga minggu. Mata uang seperti yen Jepang, dolar Australia, franc Swiss dan dolar Kanada juga naik signifikan terhadap dolar AS.
Perdana Menteri Inggris Liz Truss berusaha melakukan yang bisa dilakukan agar dapat meredakan "energy shock" yang sedang dan akan terus dihadapi oleh rakyat Inggris. Dengan demikian, pemerintah baru telah mengumumkan rencana untuk membekukan tarif listrik dan gas bagi penduduk untuk jangka waktu dua tahun. Anggaran listrik rumah tangga ditetapkan sekitar £2.500.
Selain itu, ada rencana untuk meluncurkan skema £40 miliar untuk melindungi perusahaan energi dari kekurangan likuiditas akibat harga gas yang selangit.
Di saat yang sama, harus diakui bahwa rincian pekerjaan rencana ini masih belum diketahui publik dan yang terpenting belum diketahui oleh investor yaitu terkait rincian biayanya. Hal yang sama sekali belum jelas adalah bagaimana perilaku Truss dan anggota pemerintahannya dalam menghadapi inflasi yang tinggi dan perlambatan ekonomi yang tajam.
Paket Truss kemungkinan terdiri dari pinjaman pemerintah dan berpotensi merugikan Inggris sekitar £150 miliar. Tentu saja, "kemurahan hati" pemerintah semacam ini berisiko memicu gejolak-gejolak besar di pasar keuangan di mana pound masih melayang di dekat posisi terendah 1985.Kematian Ratu Elizabeth II pada hari Kamis semakin menambah ketidakpastian keadaan di Inggris. Ketua eksekutif kelompok pemilihan Republik Graham Smith tanpa ragu mengatakan awal tahun ini bahwa Ratu merupakan simbol monarki bagi kebanyakan orang dan kematiannya bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan lembaga ini. Smith dan rekan-rekan anti-monarkisnya secara terbuka berpendapat bahwa keluarga kerajaan tidak punya tempat dalam demokrasi modern dan biaya pemeliharaannya sangat mahal.
Jadi, pejabat kerajaan melaporkan bahwa biaya pemeliharaan monarki merugikan setiap orang Inggris kurang dari 1 pound (atau $ 1,15) per tahun, tetapi Partai Republik mengatakan bahwa biaya sebenarnya bagi negara itu sekitar 350 juta pound setahun.
Jajak pendapat secara konsisten menunjukkan bahwa sebagian besar orang Inggris mendukung monarki. Pada saat yang sama, menurut jajak pendapat juga, dukungan ini terus menurun, terutama di kalangan generasi muda. Jelas bahwa raja baru Inggris Raya, Charles, tidak populer di kalangan usia muda di Inggris. Selain itu, banyak dari mereka yang sepenuhnya mendukung pendapat bahwa alih-alih Charles, takhta harus diberikan kepada putra sulungnya, Pangeran William.
Akibat kematian Ratu, Bank of England telah menunda keputusan terkait suku bunga hingga minggu depan. Hal ini pertama kali terjadi sejak bank sentral merdeka secara operasional 25 tahun lalu.
Di Inggris ada keseimbangan kekuatan global di lingkaran kekuasaan akibat perubahan kekuasaan pada pemerintahan dan pergantian raja. Semua ini terjadi di tengah inflasi yang sangat tinggi dan krisis energi yang kian dalam, meningkatnya keinginan Skotlandia untuk lepas dan konsekuensi yang jelas dari Brexit. Jika membicarakan momen-momen ini, mulai sekarang kita tidak mungkin bisa menyangkal kemungkinan perubahan nyata dalam masa depan geopolitik negara.
