Tekanan terhadap rupiah masih cukup besar, lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global setelah data ketenagakerjaan AS mencatatkan penurunan, lebih rendah dari perkiraan
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan tertekan usai data tenaga kerja Amerika Serikat di atas perkiraan.Rupiah pagi ini melemah 31 poin atau 0,2 persen ke posisi Rp15.282 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.251 per dolar AS.
"Tekanan terhadap rupiah masih cukup besar, lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global setelah data ketenagakerjaan AS mencatatkan penurunan, lebih rendah dari perkiraan," kata Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dolar AS menguat setelah data AS menunjukkan pengusaha mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diperkirakan untuk September.
Data ketenagakerjaan non pertanian atau Non Farm Payrolls (NFP) mencapai 263 ribu tenaga kerja pada bulan lalu, lebih tinggi dari perkiraan 250 ribu tenaga kerja.
Dengan data tersebut, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan tetap pada kebijakan pengetatan agresif saat ini.
Sejumlah pejabat The Fed juga memperkuat pandangan bahwa bank sentral belum selesai menaikkan suku bunga karena berupaya menjinakkan inflasi dan suku bunga diperkirakan akan naik lebih jauh.
Data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini akan diawasi dengan ketat dan dapat berpengaruh dalam menetapkan ekspektasi investor untuk The Fed.
"Minggu ini kemungkinan tekanannya masih akan besar. Pasar menunggu data inflasi AS yang kemungkinan masih akan tetap tinggi," ujar Rully.
Rully memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.250 per dolar AS hingga Rp15.315 per dolar AS.
Pada Jumat (7/10), rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp15.193 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.248 per dolar AS.