Data inflasi AS terbaru yang dirilis pada minggu lalu telah menunjukkan penurunan cukup signifikan harga konsumen selama bulan Oktober. Hal inilah yang mendasari mencuatnya spekulasi bahwa The Fed akan memperlambat laju rate hike pada pertemuan bulan Desember mendatang. Gubernur dewan Federal Reserve, Christopher Waller dalam pernyataan-nya belum lama ini menegaskan komitmen bank sentral AS yang tetap berjuang melawan inflasi tinggi kendati terjadi perlambatan laju rate hike.
Dalam sebuah acara yang diselenggarakan UBS akhir pekan lalu, Waller berpendapat mayoritas pelaku pasar lebih menyoroti seberapa besar kenaikan suku bunga yang akan dilakukan The Fed, tetapi cenderung mengabaikan tentang seberapa jauh suku bunga akan dinaikkan, atau merujuk pada suku bunga terminal, suatu kondisi dimana The Fed tidak akan melakukan rate hike lebih jauh lagi.
Publikasi data inflasi tahunan AS pada minggu lalu memang menunjukkan trend penurunan dari 8.2 persen menjadi 7.7 persen pada bulan Oktober. Menurut Waller, inflasi 7.7 persen itu masih terbilang sangat tinggi secara historis dan berada jauh diatas target 2.0 persen yang dipatok The Fed selama ini.
Pernyataan bertendensi hawkish Gubernur The Fed diatas sedikit banyak mempengaruhi pergerakan dolar AS pada perdagangan pagi ini. Setelah melemah tajam selama dua sesi sebelumnya, dolar AS akhirnya menguat terbatas karena aksi profit taking oleh investor. Pada saat berita ini ditulis, indeks dolar (DXY) bergerak pada kisaran 106.60-an atau menguat 0.25 persen secara harian, berusaha memangkas kerugian besar yang dialami pada minggu lalu.