- GBP/USD menghadapi barikade yang rapuh dalam melampaui rintangan penting di 1,2080.
- Risalah Rapat FOMC mendukung perlambatan laju kenaikan suku bunga untuk mengurangi risiko keuangan.
- Bailey BOE diprakirakan akan menaikkan suku bunganya sebesar 50 bp dalam pertemuan kebijakan moneter bulan Desember.
Pasangan GBP/USD menunjukkan tanda-tanda hilangnya momentum kenaikan saat mencoba melewati rintangan terdekat pada 1,2080 di sesi Tokyo. Momentum kenaikan tidak sepenuhnya habis karena profil risiko penuh dengan optimisme. Osilasi Cable yang terus menerus di atas resistance psikologis 1,2000 mengindikasikan bahwa para pembeli berada dalam zona nyamannya dan lebih banyak kenaikan masih disukai.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) diperkirakan akan menguji support level angka bulat 106,00 karena penurunan tipis dalam daya tarik safe-haven. Momentum penurunan dalam Dolar AS dapat menyeretnya untuk menguji level terendah tiga bulan di 105,34 karena peluang kelanjutan struktur kenaikan suku bunga 75 basis poin (bp) oleh Federal Reserve (The Fed) memudar.
Imbal hasil obligasi 10-tahun pemerintah AS telah tergelincir di bawah 3,69% karena mayoritas para pengambil kebijakan The Fed mendukung perlambatan laju kenaikan suku bunga. Risalah Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menjelaskan bahwa para pakar dari The Fed kemungkinan akan mengamati kemajuan upaya yang telah dilakukan untuk membawa stabilitas harga. Selain itu, pengurangan risiko keuangan sangat dibutuhkan saat ini.
Di Inggris, setelah Bank of England (BOE) menambahkan suku bunga sebesar 75 bp dalam kebijakan moneternya di bulan November. Gubernur BOE Andrew Bailey diprakirakan akan meningkatkan suku bunga lebih lanjut sebesar 50 bp, menurut jajak pendapat Reuters yang dilakukan pada tanggal 18-22 November.
Kepala Ekonom BOE Huw Pill mengutip bahwa lonjakan orang yang berhenti dari angkatan kerja Inggris karena kesehatan yang buruk atau pensiun dini dapat memaksa BOE untuk meningkatkan suku bunga lebih jauh, seperti yang dilansir oleh The Guardian. Dia lebih lanjut menambahkan bahwa "Percepatan pengangguran di antara populasi usia kerja menunjukkan guncangan pasokan yang merugikan, yang dapat menyebabkan tagihan upah yang lebih tinggi bagi pengusaha, dan selanjutnya kenaikan inflasi".