Indeks dolar (DXY) menguat pada perdagangan Asia hari Senin (12/Desember) setelah data Inflasi Produsen AS pada Jumat pekan lalu menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi daripada ekspektasi. Pada saat berita ini dimuat, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang mayor tersebut bergerak pada kisaran 105.16 atau menguat 0.22 persen secara harian, berusaha menjauhi level psikologis 105.
Menurut data yang dipublikasikan Biro Statistik AS, Inflasi Produsen negeri Paman Sam bulan lalu meningkat sebesar 7.4 persen secara tahunan. Angka ini memang menyusut dibandingkan kenaikan inflasi sebesar 8.1 persen pada bulan Oktober, namun lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang mematok inflasi di kisaran 7.2 persen. Data Inflasi Produsen Inti baik secara bulanan (MoM) maupun tahunan (YoY) juga tercatat mengalami peningkatan melampaui ekspektasi.
Kurs AUD/USD pagi ini melemah 0.34 persen pada kisaran 0.6773, sedangkan mata uang lainnya seperti Sterling ikut tertekan dan berada pada kisaran 1.2233 atau melemah 0.27 persen terhadap dolar AS. Pelemahan serupa juga terlihat pada mata uang mayor lain seperti Euro, Yen Jepang dan Franc Swiss.
Terlepas dari kekhawatiran pasar terhadap tekanan harga produsen AS yang relatif masih tinggi, bagaimanapun fokus pada minggu ini sedang tertuju pada pengumuman suku bunga Federal Reserve pada hari Kamis mendatang. Konsensus ekonom menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan terakhir tahun 2022.
Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Eropa (ECB) juga mengadakan pertemuan minggu ini dan diperkirakan akan melakukan rate hike masing-masing sebesar 50 bps. Dengan padatnya pertemuan bank sentral negara maju pada minggu ini maka dapat dipastikan akan meningkatkan volatilitas pasar mata uang.