JAKARTA - Wall Street pekan ini bakal dibayangi penurunan suku bunga obligasi AS. Dengan penurunan tersebut, investor akan kembali ke pasar saham AS setelah aksi jual selama berbulan-bulan.
Mengutip Reuters, Senin (6/11/2023) waktu setempat, hubungan antara saham dan obligasi sangat erat dalam beberapa bulan terakhir, dengan ekuitas jatuh karena imbal hasil Treasury naik ke level tertinggi dalam 16 tahun. Imbal hasil yang lebih tinggi menawarkan persaingan investasi pada saham sekaligus meningkatkan biaya modal bagi perusahaan dan rumah tangga.
Namun, selama sebagian besar minggu lalu, dinamika tersebut telah berbalik, menyusul berita mengenai pinjaman pemerintah AS yang lebih kecil dari perkiraan dan tanda-tanda bahwa Federal Reserve mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunganya.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun, yang bergerak berbanding terbalik dengan harga obligasi, turun sekitar 35 basis poin dari level tertinggi 16-tahun yang dicapai pada bulan Oktober.
Sementara itu, S&P 500 melonjak 5,9% dalam seminggu terakhir, kenaikan terbesar sejak November 2022. Indeks turun sekitar 5% dari puncaknya di bulan Juli, meskipun naik hampir 14% tahun ini.
“Stabilitas suku bunga membantu kelas aset lain menemukan pijakannya,” kata Jason Draho, kepala alokasi aset Amerika di UBS Global Wealth Management. "Jika ekuitas bergerak lebih tinggi, Anda mungkin menemukan investor mulai merasa perlu mengejar kinerja hingga akhir tahun."