Perang Israel-Hamas bukan hanya menarik perhatian negara barat seperti Amerika Serikat (AS) yang mengirim armada lautnya ke Laut Mediterania. Kesempatan ini juga menjadi ajang bagi Houthi untuk unjuk senjata.
Gerakan Ansarullah atau yang akrab dikenal sebagai Houthi memiliki basis di Yaman. Dalam konflik ini, sikap Houthi adalah membantu Hamas meluncurkan serangan ke Israel.
"Terus melakukan serangan rudal dan drone yang lebih tepat sampai agresi Israel berhenti," ungkap Juru Bicara Houthi.
Dilansir detikINET dari Insider, Houthi melakukan serangan awal ke Israel pada 19 Oktober lalu. Dalam peristiwa tersebut Houthi melancarkan serangan berupa empat rudal jelajah dan 15 drone kamikaze.
Rudal dan drone kamikaze tersebut terbang di atas Laut Merah dan dicegat oleh misil pencegat dari kapal perusak AS, USS Carney. Selain itu, serangan ini juga digagalkan oleh Arab Saudi yang merupakan musuh dari Houthi.
Serangan selanjutnya juga dilaporkan terjadi pada 27 Oktober dimana serangan itu menyebabkan ledakan di kota Taba dan Nuweiba, Mesir. Kota tersebut dekat dengan perbatasan Israel. Pemerintah Israel mengklaim bahwa serangan tersebut ditujukan pada Israel.
Pada 31 Oktober, sistem pertahanan udara Arrow dan F-35i Angkatan Udara IDF juga mengklaim telah menembak jatuh sebuah rudal jelajah.
Bryan Clark, seorang pakar pakar operasi angkatan laut di Institut Hudson mengatakan bahwa serangan Houthi sangat efektif. Hal ini karena ada penggabungan antara unsur drone dan rudal secara bersamaan.
"Drone cenderung memimpin dan mengikuti salvo rudal, memungkinkan drone untuk awalnya membingungkan atau membanjiri pertahanan udara, dan kemudian set drone terakhir dapat mengambil keuntungan dari target yang kemungkinan telah menghabiskan pertahanannya menembak jatuh rudal,' ungkap Clark.
Departemen Pertahanan AS mengkonfirmasi bahwa rudal Houthi memiliki jangkauan kurang dari 2.000 km. Walaupun rudal Houthi sempat dicegat oleh kapal perusak AS dan Saudi, Houthi tetap meluncurkan serangan rudal ke Israel.
*Artikel ini ditulis oleh Argya D. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom