Sejumlah negara Timur Tengah, seperti Iran, Algeria, hingga Lebanon telah meminta negara-negara Arab penghasil minyak untuk melakukan embargo atau berhenti mengirimkan minyak mentah ke Israel. Namun, usulan tersebut ditolak oleh negara-negara Arab.

"Tidak ada cara lain selain melawan Israel. Kami mencium tangan Hamas atas perlawanannya terhadap Israel," kata Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pidatonya di pertemuan puncak gabungan Islam-Arab di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dikutip dari Iran International, Kamis (16/11/2023).

Raisi juga mendesak agar penyerangan di Gaza dihentikan sekaligus Israel bertanggung jawab atas 'kejahatan' terhadap warga Palestina. Sayangnya, seruan dari Raisi tersebut justru mendapat penolakan dari beberapa negara yang hadir.

Menteri Investasi Arab Saudi Khalid Al Falih mengatakan negaranya tidak ingin menggunakan sumber daya minyak mereka sebagai alat untuk mempengaruhi jalannya perang Gaza atau membuat Israel dan Hamas melakukan gencatan senjata.

Menurutnya, untuk mengakhiri konflik ini dengan diskusi damai, bukannya mengecam, termasuk embargo minyak.

"Hal itu tidak dibahas saat ini. Arab Saudi sedang berusaha menemukan perdamaian melalui diskusi damai," kata Al-Falih dilansir The News Arab.

Saat ini, perbincangan dengan normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel masih dalam tahap perundingan. Dia mengakui konflik di Gaza kali ini mempengaruhi perundingan tersebut.

Adapun negara-negara yang menolak klausul tersebut adalah Mesir, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, Maroko, Mauritania, dan Djibouti.