Untuk hari ini kami memperkirakan IHSG melemah, didorong oleh potensi kebijakan moneter yang agresif di Eropa, pertumbuhan ekonomi yang melambat di regional, serta melemahnya harga komoditas di hari ini
Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis berpotensi melemah seiring investor yang mencermati peluang kebijakan moneter agresif oleh Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB).IHSG dibuka menguat 18,82 poin atau 0,26 persen ke posisi 7.210,28. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,98 poin atau 0,39 persen ke posisi 1.023,65.
"Untuk hari ini kami memperkirakan IHSG melemah, didorong oleh potensi kebijakan moneter yang agresif di Eropa, pertumbuhan ekonomi yang melambat di regional, serta melemahnya harga komoditas di hari ini," tulis Tim Riset Panin Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Pasar saham AS kemarin menguat yang disebabkan oleh koreksi signifikan dalam beberapa hari terakhir dan mengindikasikan valuasi yang relatif atraktif. Namun sebagian investor masih akan mencermati tingkat suku bunga dan juga inflasi, yang mengurangi eksposur investor di aset berisiko.
Investor juga masih akan mencermati jumlah pengangguran secara mingguan, yang diperkirakan akan meningkat ke 235 ribu orang dibandingkan minggu lalu 232 ribu orang.
Saat ini investor juga masih menanti rilis Beige Book, yaitu laporan stabilitas pasar keuangan dari bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), untuk melihat kondisi ekonomi saat ini.
Dari Eropa, investor masih akan mencermati kebijakan moneter dari ECB yang berencana untuk melakukan rangkaian kenaikan suku bunga dan mengobarkan pertumbuhan ekonomi.
Anggota ECB Isabel Schnabel menginformasikan inflasi akan menyentuh lebih dari 10 persen pada bulan berikutnya dan memperkirakan potensi kenaikan suku bunga sebanyak 75 bps pada pertemuan ECB.
Investor masih akan mencermati pergerakan nilai tukar, setelah kemarin poundsterling turun ke level terendah terhadap dolar AS sejak 1985.
Inflasi untuk zona Eropa sendiri kini telah menyentuh level 9,7 persen untuk periode Agustus 2022.
Sementara pasar saham Asia pagi ini dibuka bervariasi. Rilis data di China tercatat kurang positif di mana ekspor hanya tumbuh 7,1 persen (yoy) untuk periode Agustus 2022.
Nomura memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi untuk China yang diperkirakan hanya akan tumbuh 2,7 persen (yoy) disebabkan oleh 12 persen dari PDB China terkena dampak kebijakan zero covid policy.
Investor juga masih akan mencermati nilai tukar yen terhadap dolar dimana Director of Monex Group Jesper Toll menginformasikan bahwa yen bisa melemah ke 150-160 per dolar dalam beberapa bulan ke depan dari saat ini 145 per dolar dimana hal ini diperparah oleh melebarnya defisit perdagangan di Jepang.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain Indeks Nikkei menguat 539,4 poin atau 1,97 persen ke 27.969,7, Indeks Hang Seng turun 103,39 poin atau 0,54 persen ke 18.940,91, dan Indeks Straits Times meningkat 26,97 poin atau 0,84 persen ke 3.237,8.